Beberapa orang tampak berlalu-lalang memakai “kaca mata pintar” sambil mengucapkan kalimat perintah seperti “OK Glass, take a picture”. Ada juga yang sedang asyik mencoba Google Cardboard, perangkat Virtual Reality sederhana dari kardus karton yang dibentuk seperti teropong.

Ya, itu adalah beberapa fenomena yang tampak dari event Google Summit Asia 2014 yang diselenggarakan di Sri Lanka akhir Agustus lalu. Saya berkesempatan mencoba Google Glass. Penggunaannya cukup nyaman dan tidak menggangu pandangan seperti yang dikuatirkan. Namun aplikasinya saat ini masih terbatas karena memang masih dalam tahap ujicoba dan belum dirilis secara umum.

Di event ini dijelaskan mengenai Wearable Device, yang dipercaya akan menjadi masa depan teknologi. Sesuai namanya, perangkat pintar yang langsung dikenakan ini jadi suatu fenomena teknologi baru yang menjanjikan. Google telah merilis Android Wear, sistem operasi berbasis Android khusus untuk Wearable Device. Jam tangan pintar atau smartwatch adalah salah satu produk Wearable Device yang sudah dirilis ke publik.

Smartwatch ini akan terhubung dengan smartphone, sehingga beberapa aktivitas seperti membaca pesan, mencari informasi, dsb dapat dilakukan melalui jam tangan ini tanpa harus mengambil phone di saku. Aplikasi kesehatan seperti fitness tracking juga akan sangat berguna dari jam tangan ini. Aktifitas olahraga dan kesehatan kita akan direkam melalui device ini dan kita dapat memantau laporan hasilnya melalui phone.

Selanjutnya Google bahkan mengembangkan proyek Google Contact Lens, yang berupa lensa kontak pintar yang ditempelkan di mata layaknya lensa kontak biasa. Di tahap awal proyek tersebut ditujukan untuk membantu penderita diabetes dengan mengukur kadar glukosa di air mata. Namun dengan kemajuan teknologi kemungkinan aplikasinya akan terus berkembang.

Kepala pimpinan Google India, Rajan Anandan menjelaskan makin cepatnya penerimaan teknologi baru secara luas di dunia. Untuk mencapai 1 milyar pengguna di seluruh dunia, dulu telephone kabel butuh waktu 110 tahun, TV butuh 48 tahun, Internet 14 tahun, dan smartphone hanya 8 tahun. Dipercaya selanjutnya Wearble Device akan lebih cepat lagi. Pertanyaannya adalah siapkah pelaku bisnis di Indonesia memanfaatkan berbagai teknologi baru ini untuk meningkatkan daya saingnya?

Dalam event Google Summit Asia 2014 diperkenalkan visi Google Business Group yang baru yang disebut GBG 2.0. Menjadi pendorong dalam mencetak startup lokal dan membantu UKM memanfaatkan berbagaiteknologi Internet demi kemajuan usaha mereka dan ekonomi Indonesia pada umumnya. Itu jadi tujuan komunitas ini ke depannya. Google Business Group (GBG) Semarang menjadi salah satu perwakilan dari Indonesia dalam Google Summit Asia 2014. Konferensi ini dihadiri peserta dari 16 negara di Asia, di antaranya Malaysia, India, Filipina, Thailand, Vietnam, Pakistan, Papua Nugini, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Myanmar, Nepal, Indonesia, dantuanrumah Sri Lanka.

Di Indonesia, khususnya di Semarang, banyak UKM yang belum paham mengenai pemanfaatan teknologi untuk pengembangan usahanya. Begitu juga lulusan akademik terkadang tidak update dengan perkembangan teknologi untuk hal yang produktif. Di banyak negara maju, jiwa technopreneurship sudah sangat berkembang sehingga lahir startup-startup digital yang membuat para lulusan akademik tidak harus berebut porsi lapangan pekerjaan yang terbatas. Dengan ketersediaan teknologi, setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi seorang entrepreneur da nmembangun usahanya sendiri.