Saat usia 5 tahun, Malvern anak pertama saya suka menggambar. 

Lukisan dia layaknya anak-anak seusianya. Tidak ada yang istimewa. 

Well sebenarnya lebih cocok disebut coretan daripada lukisan.
Tidak berwarna. Terkadang tidak jelas juga bentuknya.
Semacam robot-robotan atau sejenisnya.

Malvern selalu tempel lukisan-lukisannya di dinding rumah.
Dinding rumah jadi berantakan, tapi ya sudahlah.. Namanya juga anak-anak.

Waktu saya perhatikan di setiap lukisan dia selalu cantumkan angka.
$50, $100, $1000, $1000000, dan entah berapa angka nol lagi.
Saya dan istri senyum-senyum saja. Mungkin ia berimajinasi layaknya maestro pelukis dunia.

 

Iseng-iseng suatu hari saya bertanya..

“Malvern, kenapa kamu tulis angka di lukisanmu?”

“Aku mau jual-jualin, papa”  jawabnya

“Emang nanti uangnya buat apa?”

“Aku mau ke Legoland”

 

Entah darimana dia dengar soal Legoland. Mungkin teman sekolahnya.

Tapi saya cuek aja. Gak kebayang liburan keluar negeri dulu deh.
Apalagi kondisi ekonomi keluarga lagi sulit-sulitnya di masa itu.

 

Suatu hari beberapa keluarga besar main ke rumah. 

Tiba-tiba Malvern menawarkan lukisan-lukisannya ke mereka.

Kaget campur malu istri saya coba mencegah.
Tapi mereka bilang “Gak apa-apa biar dia happy sekaligus belajar”.

Terkumpul lah uang 72 ribu rupiah hasil jualannya.

Malvern begitu bangga. Dia tunjukkan uangnya ke saya.

“Papa liat uangku banyak. Aku mau ke Legoland”.

Saya terhenyak. Lagi-lagi saya dengar permintaannya.

Tapi saya simpan saja dalam hati. 

 

Suatu hari pagi-pagi subuh saya terbangun. Ada suara kecil di luar kamar. Saat saya cek ternyata itu si Malvern. Ia lagi sibuk menggambar.

“Malvern kok kamu bangun pagi-pagi gini?”

“Aku lagi gambar, papa”

“Buat apa gambar pagi-pagi begini?”

“Aku pengen buat lukisan yang banyak, supaya bisa ke Legoland”.

 

Deggg.. That’s it. 

Hati saya rontok. Detik itu saya dengar suara Tuhan lembut di hati.

“Bawa dia ke Legoland”.

Entah bagaimana caranya saya tahu saya harus bawa dia ke Legoland.

Saya tahu ini bukan liburan biasa. Ini adalah pelajaran rohani.

 

Singkat cerita beberapa bulan kemudian kami sekeluarga berlibur ke Legoland, Malaysia.

legoland malaysia

Tiba-tiba saya belajar banyak dari anak saya.

Bukan karena kuat gagah kita bisa mendapatkan berkat. Pada akhirnya berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya.. (Ams 10:22a)

Yang kita lakukan sebenarnya hanya senilai 72 ribu.

Tidak cukup untuk ke Legoland. Buat bayar taksi ke bandara pun tidak.

 

But it’s not about the result.
It’s about the process in faith

Kerja keras yang kita lakukan dilandasi iman pada Tuhan, itulah yang menyentuh hati Bapa di Surga. 

“Papa lihat hasil kerjaku, lukisanku terjual 72 ribu. Aku mau ke Legoland”.

Hati bapa mana yang kuat menahan berkatnya..