Istilah “Startup” belakangan ini kian populer khususnya di kalangan pengguna Internet. Sebenarnya startup berarti organisasi atau bisnis yang baru didirikan, apapun bidangnya. Tapi kini istilah Startup lebih dikaitkan untuk produk baru yang berbau teknologi atau Internet. Setelah berakhirnya krisis bubble dot-com di tahun 2000, geliat startup di tanah air kini bangkit lagi dalam 5 tahun terakhir. Kisah sukses berbagai startup lokal yang menembus pasar internasional menjadi penyemangat startup-startup baru.

Beberapa saat yang lalu saya didaulat menjadi host di suatu acara seminar bertema “Build a Meaningful Startup”. Di antara yang hadir ada beberapa founder startup yang kini telah sukses, salah satunya Leontinus Alpha Edison, co-founder Tokopedia. Lalu juga Dennis Adhiswara, founder Layaria yang juga artis film “Ada Apa Dengan Cinta”. Dan beberapa pembicara hebat lain. Saya sendiri banyak belajar dari mereka. Sebagai moderator acara, saya menanyakan kiat-kiat mereka dalam membangun dan mengembangkan startup nya. Masing-masing punya kisahnya sendiri. Tapi ada juga beberapa benang merah yang sama.

Visi dan Passion
Layaknya sebuah perusahaan baru, suatu startup juga seringkali mengalami masa “pencarian jati diri” di awal-awal pembentukannya. Uniknya, seringkali sebuah startup dimulai atas motif non-komersial, tapi hanya karena sebuah passion atau hobi dari pendirinya. Perusahaan raksasa sekelas Google dan Facebook awal mulanya hanya sebuah project kampus. Namun founder-founder yang berhasil mempunyai visi jauh ke depan. Sejak awal berdirinya Microsoft di tahun 1975, Bill Gates memiliki visi yang saat itu terdengar konyol. Ia memimpikan adanya komputer di setiap rumah. Dan visi tersebut sekarang telah menjadi realita. Bahkan lebih hebat lagi, kini komputer di genggaman tangan kita.

Solusi Atas Masalah
Walaupun membangun Startup harus dimulai dari passion, tetapi untuk bisa diterima publik, produk yang ditawarkan harus bisa jadi solusi atas suatu masalah. Kaskus dimulai oleh Andrew Darwis sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri yang kala itu kesulitan untuk mendapatkan informasi update tentang situasi di Indonesia. Aplikasi Dropbox dibangun Drew Houston hanya gara-gara ia berulangkali ketinggalan flash disk dan kesulitan menyimpan data. Untuk itu tidak ada salahnya menerapkan prinsip ATM: Amati, Tiru, Modifikasi. Kita amati dari para pemain terbaik, pilah-pilih mana yang bisa kita adopsi, dan lalu modifikasi menjadi lebih baik dengan versi produk kita.

Motivasi
Saya mengamati seringkali banyak startup yang muncul dengan motivasi yang salah. Mereka tergiur dengan kisah beberapa startup yang kemudian diakuisisi perusahaan besar atau venture capital. Sejak awal sang founder bercita-cita untuk nantinya menjual Startup tersebut, dapat duit lalu keluar dari startupnya. Jadi sang founder tidak benar-benar percaya dengan produknya. Bisa dipastikan startup yang seperti ini tidak akan berhasil. Lha kalo foundernya saja masih ragu-ragu, apalagi calon customernya?

Penyesuaian Arah
Meski sudah punya visi dan passion yang jelas, tak ayal seringkali pada kenyataannya respon pasar terhadap startup kita tidak seperti yang diharapkan. Untuk itu penyesuaian arah perlu dilakukan. Facemash adalah sebuah website “iseng” yang dibuat Mark Zuckerberg dan rekan-rekannya untuk melakukan voting penilaian terhadap foto-foto mahasiswa di kampus. Seiring waktu Facemash berubah menjadi Facebook yang kita kenal sekarang.

Kolaborasi
Untuk memiliki startup yang berkembang perlu suatu kolaborasi. Harus ada teamwork yang matang untuk menghasilkan sesuatu yang komplit. Kita tidak bisa menjadi spesialis dalam segala hal. “Gua jagonya apa, loe jagonya apa, kita kolaborasi deh… “
Bangun juga kolaborasi strategis dengan pihak lain untuk saling memberi manfaat. Kaskus misalnya bekerjasama dengan Hukum Online sebagai media informasi hukum untuk menjadi kontributor artikel terkait masalah hukum. Di satu sisi Kaskus mendapat konten materi yang bermutu, dan disisi lain Hukum Online mendapat trafik dan brand awareness dari pengunjung Kaskus.

Monetizing
Monetizing artinya cara mendapatkan uang dari produk yang dibuat. Bentuk monetizing suatu startup digital bisa bermacam-macam. Pengembang aplikasi di iOS dan Android misalnya dapat memilih cara monetizing mereka. Apakah dengan menjual aplikasi per download, pendapatan dari iklan, atau freemium (aplikasi gratis dengan tambahan fitur berbayar). Sebagai contoh LINE tidak menarik bayaran kepada usernya, tapi mereka mendapat pemasukan dengan menjual stiker, items, dan iklan-iklan promosi.

Pada akhirnya, membangun sebuah startup tak ubahnya seperti mendirikan sebuah bisnis. Diperlukan jiwa entrepreneurship dan kerja keras. Dan semua akan menjadi lebih mudah jika sebagai seorang founder kita mempunyai passion yang kuat.

Seperti kata Steve Jobs, co-founder Apple “People with passion can change the world”.

Hero Wijayadi
Founder HeroSoftMedia – Digital Marketing Agency, Semarang
www.herosoftmedia.com