Saya sedang makan siang dengan seorang teman waktu tiba-tiba telepon nya berdering. Dari percakapan yang saya dengar, tampak teman ini agak kesal. Rupa-rupanya panggilan telepon tadi adalah penawaran produk dari seorang tenaga penjualan. “Gimana gua gak kesal coba, kalo tiap hari ada aja telepon yang masuk nawarin ini itu… Kenal juga kagak. Entah dari mana mereka dapetin nomer gua. Terkadang ditolak halus-halus juga masih maksa aja. Cape deh…”. Saya hanya tersenyum buat ngademin teman ini, karena sebenarnya saya juga merasakan masalah yang sama.

Hari gini makin banyak iklan dan penawaran disodorkan tiap hari. Dengan berbagai cara semua berusaha menarik perhatian. Bagaikan lagi di tengah pasar semua penjual teriak berbarengan “Ayo dibeli dibeli..!!!”
Teknik pemasaran semacam itu bisa dikategorikan sebagai Outbound marketing (pemasaran keluar). Masalahnya hari gini pembeli makin kritis. Karena demikian banyaknya penawaran, orang jadi lebih selektif dan tidak mudah percaya.

Kebalikan dari Outbound Marketing adalah Inbound Marketing. Wikipedia mendeskripsikan inbound marketing sebagai suatu strategi pemasaran menggunakan berbagai media online seperti blog, video, ebook, newsletter, SEO, social media, dan sebagainya dengan tujuan menarik minat customer hingga akhirnya masuk dalam tahapan (funnel) penjualan. Alih-alih mendorong produk ke hadapan customer, Inbound Marketing menarik customer pada anda. Customer membeli produk anda karena ketertarikan dan keputusan mereka sendiri bukan karena paksaan.

Bisnis pariwisata adalah salah satu contoh industri yang sangat tepat menggunakan teknik Inbound Marketing. Sebagai contoh saat seorang customer merencanakan liburan akhir tahunnya bersama dengan keluarga. Teknologi Internet membuat mereka dapat mencari informasi secara cepat dan mudah. Keputusan pembelian seringkali sudah diambil melalui informasi yang didapat secara online, bahkan sebelum mereka menghubungi biro wisata atau konter penjualan terkait. Google menyebut fenomena ini Zero Moment of Truth (ZMOT).

Bagi industri pariwisata, angka review menjadi hal yang sangat krusial. Banyak keputusan pembelian diambil melalui review dan testimonial yang diberikan customer lain sebelumnya. Google Maps Review adalah salah satu fasilitas yang banyak digunakan para pengguna produk/jasa untuk meninggalkan komentar dari pengalaman mereka. Untuk itu pastikan bisnis anda telah terdaftar di Google My Business dan terverifikasi di Google Maps.

Bisnis pariwisata umumnya memiliki target pasar geografis yang luas, bahkan sering kali seluruh dunia. Maka salah satu syarat mutlak adalah memiliki website yang representatif. Website tersebut tidak selalu harus bersifat e-commerce atau penjualan secara online. Minimal dapat berupa company profile dan katalog produk/layanan yang jelas dan user-friendly untuk diakses. Tujuannya untuk mendatangkan Lead (potential customers) melalui email, kontak telepon, chat/message service, dsb.

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan bagi website bisnis pariwisata adalah, kecepatan loading (membuka) website dari pengunjung seluruh dunia. Untuk itu kualitas server hosting perlu diperhatikan, dan juga menggunakan support Content Delivery Network (CDN). Konten website juga seharusnya tersedia dalam multi bahasa, minimal bahasa Indonesia dan Inggris. Selain itu tampilan harus sudah mobile friendly atau responsive design, karena saat ini pengakses Internet makin banyak menggunakan perangkat mobile.

Setelah memiliki website, hal terpenting adalah tampil optimal di mesin pencari khususnya Google. StatCounter mencatat 97% lebih pengguna Internet di Indonesia menggunakan Google untuk pencarian. Ini adalah salah satu strategi paling efektif untuk Inbound Marketing bagi bisnis pariwisata. Saat orang mencari biasanya mereka berniat membeli. Jadi tingkat konversinya begitu tinggi, dan juga nilai Return-on-Investment (ROI) nya. Untuk tampil optimal di mesin pencari Google ada 2 cara yaitu secara organik dan berbayar. Secara organik tekniknya sering disebut SEO (Search Engine Optimization), sedangkan cara berbayar melalui Google AdWords. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing dan digunakan untuk saling melengkapi.

Social media juga penting untuk dioptimalkan sebagai bagian dari strategi Inbound Marketing. Social media memudahkan orang untuk saling berkomunikasi, membagikan informasi kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Viralitas (penyebaran) dalam social media dapat dimanfaatkan untuk memberikan daya tarik bagi customer untuk datang kepada anda.

Tidak seperti strategi pemasaran melalui mesin pencari, hasil pemasaran melalui social media biasanya memang tidak instan tapi memberikan efek jangka panjang jika dikelola dengan baik.

Berbagai social media dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis, seperti Facebook Fanpage, Instagram, Twitter, LinkedIn, YouTube Channel, Google+ dan sebagainya. Artikel dan konten informasi yang berkualitas dapat mengundang calon customer datang dan menyukai halaman social media anda. Hubungan (engagement) dengan follower perlu dibangun untuk menimbulkan rasa percaya dan ketertarikan mereka pada bisnis anda.

Konsep Inbound Marketing didasarkan pada memberikan value (nilai) bagi orang lain. Give and you shall receive (beri maka kamu akan menerima). Tarik minat mereka, jangan dorong produk anda. Cara penawaran tradisional yang egois sudah tidak efektif lagi. Jika kita bisa memiliki nilai lebih, maka customer akan datang. Niscaya strategi marketing anda akan sukses. Yes!
Selamat mencoba.